GRAND LAUNCHING IJB-NET:
SIAP MENINGKATKAN KOLABORASI BISNISINDONESIA-JEPANG
Selain itu ada momen khusus lain di bulan Agustus ini, yakni tahun ini hubungan bilateral Indonesia— Jepang tepat memasuki usia ke-60, usia yang bagi orang Jepang merupakan momen penting dan patut diperingati. Di Jepang disebut sebagai Kanreki atau tahun kembali setelah 10 batang langit (juu-kan) dan 12 cabang bumi (juuni-shi) yang digunakan untuk menandai kelahiran seseorang bertemu kembali.
Sementara itu penggagas dan Ketua Umum IJB-Net Suyoto Rais, mengungkapkan bahwa untuk pengembangan industri manufaktur, Indonesia masih menghadapi persoalan “middle hollow” antara hulu dan hilir karena Indonesia kekurangan teknologi proses yang mampu mengolah dan memberi nilai tambah di produk-produk yang dihasilkan. Salah satu solusi mengisi “middle hollow”, adalah kolaborasi bisnis antara Indonesia-Jepang, melalui strategi yang terencana dan dukungan banyak pihak karena tidak mudah mendekati pengusaha Jepang. Berangkat dari persoalan ini, dengan dimotori para alumni Jepang dan didukung para tokoh, pakar dan praktisi terkait di Indonesia dan Jepang, IJB-Net siap membantu perusahaan Indonesia dan Jepang yang ingin berkolaborasi terutama dalam meningkatkan usaha kecil menengah agar berkembang dalam perindustrian global.
Menurut Ketua Umum IJB-Net, Pemerintah Jepang saat tengah mendorong industri kecil menengah yang saat ini belum berekspansi keluar negeri segera mempersiapkan diri. Mereka menyadari, cepat atau lambat mereka akan kekurangan bahan baku, SDM dan juga pasar dan itu hanya bisa dilakukan dengan cara bekerjasama dengan pengusaha di negara lain, termasuk Indonesia. “Karenanya langkah kolaborasi adalah merupakan salah satu solusi yang terbaik dan IJB-Net siap mengoptimalkan peran para alumni Jepang dan juga network Indonesia-Jepang,” katanya.
Dengan meningkatnya kolaborasi tersebut, IJB-Net akan membantu pengembangan produk atau meningkatkan nilai tambah produk-produknya agar dapat menembus pasar Jepang. Melalui kolaborasi, juga akan ada adopsi teknologi aplikatif dan impor produk Jepang yang belum ada di Indonesia sehingga akhirnya dapat menambah jenis dan volume transaksi perdagangan kedua negara. Sementara dari sisi Jepang, mereka akan bisa mengatasi kekurangan SDA dan SDM yang sudah menjadi isu penting di sana.